Selasa, 20 Agustus 2019

Sayangi hutan kita

Halo anak-anak..! Salam jumpa.. senang bertemu lagi dengan kalian, tentu kalian baik-baik saja dan mau mendengarkan cerita Bu Guru. Di kesempatan ini ibu akan bercerita, judulnya …………….

Sayangi Hutan Kita

Tersebutlah sebuah hutan di gunung tampak indah pemandangannya. Ada binatang, tumbuhan dan ada juga sumber air. Binatang-binatang itu hidup rukun satu sama lain, mereka bernyanyi, berayun dan melompat-lompat dari satu pohon ke pohon yang lain.

Tidak jauh dari hutan ada pemukiman penduduk dan mereka bekerja sebagai pencari kayu bakar di hutan, mereka menebang pohon-pohon besar, memetik buah, daun dan rumput untuk dimanfaatkan dan dijual ke kota. Setiap hari mereka melakukan pekerjaan itu tanpa memikirkan akibatnya.

Hari berganti dan musimpun berganti, maka setelah bertahun-tahun tibalah musim kemarau, hutan yang semula hijau dan subur, lama kelamaan berubah menjadi hutan yang gundul dan tandus. Di hutan yang kini tandus hiduplah kawanan binatang, diantaranya mereka ada seekor burung yang baik hati dan suka menolong namanya Nuri, dan temannya seekor anak kelinci yang lemah lembut namun gigih dan pantang menyerah namanya Cici.

Suatu hari Cici sedang berjalan tertatih-tatih sambil merintih dengan suara lirih, "Ih.. Ih.. Ih.. aduh sakiiit.. perutku rasanya melilit" begitu seterusnya rintihan dari mulut mungil Cici. Dari kejauhan tampak seekor burung yang sedang melayang-layang, mendengar suara rintihan segera terbang rendah lalu mendekati Cici dan menyapa dengan ramah, “Hei Cici …. bagaimana kabarmu, mengapa kamu merintih seperti itu ?”

“Oh rupanya kamu yang datang Nuri, kabarku baik-baik saja, tapi saat ini perutku sedang sakit, rasanya melilit perih.” Jawab Cici. Mendengar keluhan seperti itu, lalu Nuri menawarkan diri untuk membantu.

“Cici … mengapa perutmu sakit, sudah diobati apa belum? Maukah kuantar ke dokter ?” ajak Nuri.

Tapi Cici menolak.
“Maaf, Nuri, bukan aku tidak mau ke dokter, tapi sakit perutku ini karena aku lapar. Sudah dua hari aku belum makan.” Kata Cici.

Lalu Cici bercerita bahwa di hutan ini sudah tidak ada air atau tumbuhan. Bahkan rumput-rumput sudah mati kering karena musim kemarau yang terasa panjang. Jadi tidak ada satu pun yang bisa dimakan. Mendengar penuturan Cici seperti itu Nuri merasa kasihan, diajaknya Cici berjalan beriringan menuju gua, disana mereka bisa duduk dan beristirahat sambil berpikir bagaimana caranya supaya dapat makanan.

“Cici.. maukah kuajak ke hutan seberang? Di sana masih ada sedikit sisa rumput dan tanaman yang tumbuh, nanti bisa untuk mengganjal perutmu yang melilit itu. Tapi kita harus berjalan agak jauh dan melewati bukit bebatuan disana!” ajak Nuri. Cici diam dan berpikir sejenak, Cici bimbang apa nanti dia sanggup menempuh perjalanan sejauh itu, Cici menolak ajakan Nuri.

“Maaf, Nuri, aku tidak mau. Tempat itu jauh, nanti aku capek dan lelah, dan aku tidak punya tenaga untuk berjalan jauh.” Kata Cici. Mendengar jawaban Cici, lalu Nuri terbang untuk melihat keadaan disana, lalu turun lagi dan membujuk Cici.

“Ayolah.. Cici.. Jangan menyerah dulu. Ayo kita coba berjalan pelan-pelan yang penting kita sampai ditempat tujuan.” Cici berpikir lagi, jika dia tidak ikut Nuri, dia akan mati kelaparan di hutan gersang ini.

“Baiklah.. Nuri, kalau begitu ayo kita jalan! Sebelumnya kita berdo'a dulu. Bismillaahirrohmaanirrohiim.” Kemudian mereka berdua berjalan pelan-pelan dan hati-hati karena melewati jalan yang berbatu, hingga akhirnya sampailah mereka di tepi hutan. Cici kaget, ternyata tempat yang subur itu ada di bukit yang agak tinggi.

“Oh.. sahatku Nuri, bagaimana mungkin aku bisa naik ke atas sana, sedangkan aku tidak punya sayap, bagaimana ini?” lalu Nuri terbang mengelilingi tempat itu mencari jalan yang bisa dilewati Cici dengan mudah dan tidak berbahaya. Tak lama kemudian Nuri menemukan jalan.

“Nah.. itu dia jalan yang aman menuju hutan.” Gumam lalu dia turun lagi dan menuntun Cici.

“Ayo, Cici! Kamu harus melewati jalan yang berkelok-kelok itu! Terus naik pelan-pelan!" Cici mengikuti perintah Nuri, hingga akhirnya sampai diatas batu besar, Cici berteriak “Aaahhh..” apa yang terjadi? Ternyata Cici terpeleset, untungnya Nuri segera menolong sehingga dia bisa melompat lagi keatas batu.

“Hati-hati Cici.. Dari batu besar itu lompat lagi sampailah kamu diatas bukit. “1.. 2.. 3.. Hup!” nuri memberi aba-aba. Dengan sekali melompat maka sampailah mereka berdua diatas bukit yang masih ada air dan tumbuhan.

“Sekarang kita sudah sampai Cici, mari kita mengucap syukur!”. "Alhamdulillahirobbil'alamiin" Kata Nuri dan Cici bersama-sama sambil bernapas dan tersenyum lega.

“Alhamdulllah.. MasyaAllah.. terima kasih ya Allah sungguh besar kuasa-Mu.” Lalu mereka berdua segera mencari tempat yang nyaman sambil mengumpulkan makanan. Cici mencari rumput dan daun-daunan, sedangkan nuri mencari biji-bijian dan buah-buahan. Setelah makanan terkumpul, tak lupa mereka berdoa "Allahumma bariklana fiima rozaqtana waqinaa 'adzabannaar" Cici dan Nuri pun makan bersama.

Akhirnya mereka berdua tidak kelaparan lagi. Jadi kita harus saling menyayangi ya, baik sesama makhluk hidup juga pada sekitar, supaya dapat menjaga kelangsungan hidup lebih lama.

Nah.. Demikian cerita kali ini. Sampai jumpa di lain kesempatan. Ingat ya, untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan.

Wassalamu’alaikum warohmatullaahi wabarakatuh …..!