Kamis, 06 Desember 2018

Pria pemilik surga

Aku tau kesempurnaan bukan milik manusia
Pun diri ku yang tak berhak menuntut kesempurnaan mu
Walau dahulu, rasa ini sempat hilang tak berbekas
Namun saat janji sakral terucap dari lisanmu
Saat itu pula ku tetapkan hati ku
Mulai belajar lagi menerima mu
Dan lagi-lagi, kebenaran baru mulai terucap tanpa kau sadari
Dan aku? Ya, aku kecewa
Tapi aku percaya Allah Maha Membolak-balikkan hati

Dan hari ini, masih dengan kepasrahanku atas takdir Nya
Tak pernah lalai ku sebut namamu dalam setiap sujud2ku
Semoga Allah ku membuka pintu hati mu

Dan sekarang, aku mohon pada mu, hai pemilik surga ku
Jadilah imam sholatku
Jadilah panutan bagi anak2 ku
Jadilah imam seutuhnya

Kau tau arti sebutan suami bagiku?
Suami adalah jalan surga ku.
Kata orang jawa istri itu suargo nunut, neroko katut, ke surga cuma ikut, ke neraka juga terbawa.

Jadi, mau tak mau surga dan neraka ku ada padamu, hai suamiku.

Tanggung jawab atas ku telah kau ambil alih dari ayah ku sejak ijab-qabul 7 tahun yang lalu.
Jangan lupa, malaikat pun saksinya bahwa segala yang ada pada ku telah ayah serahkan padamu.

Semoga Allah melembutkan hati mu, sehingga mudah bagimu melaksanakan segala kewajiban.
Aamiin..

Selasa, 18 September 2018

Berbagi 3


Dinda

Seperti malam sebelumnya, selesai pemotretan aku berencana menghabiskan waktu malam ku bersama Mas Reno, toh Mas Reno sudah pamit pada istrinya si Wanda akan menghabiskan seminggu ini dengan ku yang dia bilang gundik boss besar. Hahaha.. biarlah dikata aku wanita jalang, toh dia tak kalah jalangnya dengan ku. Aku menuju bar tempat kami biasa minum. Tak lama, hanya sekedar melepas penat.
Pukul 11 malam dengan keadaan setengah teler kami pulang ke rumah yang Mas Reno hadiahkan untuk ku sebulan lalu. Tak sebesar rumah warisan orang tua ku, namun cukup nyaman bagiku yang hanya tinggal sendiri. Di sebuah jalan remang aku tersentak, sepertinya mobil ku membentur sesuatu, aku tak berani turun sedangkan Mas Reno sudah tak sadarkan diri sejak masuk ke dalam mobil. Mungkin hanya pembatas jalan pikirku. Aku terus memacu mobilku, menikmati kemenanganku merebut kembali kekasih ku.
Kau tau rasanya melewati malam yang luar biasa Bersama orang yang kau kasihi? Not just for a sex. Aku mencintainya, tak berubah walau luka yang dia torehkan membuatku harus menelan obat depresi selama 4 tahun.
“Sayang, mobilmu abis nabrak apa? Penyok di bamper depan”
“oh.. pembatas jalan kayaknya Mas, smalem waktu setir mobil khan kesadaranku aku antara ada dan tiada. Hahaha.” Sahutku dari dapur setengah becanda.
“Kamu bikin kopi Sayang? Wanginya bikin pengen nyeruput dari bibirmu aja”
“Aahh kamu omong doank. Sini kalo berani”.
“Kenapa juga harus ngga berani? kamu mau sarapan apa? Mau masak apa sarapan di luar?”
“Mas mau makan apa? Aku masak aja. Istrimu pasti sudah tau kita akan sarapan di mana. Aku ogah loh dimaki secara halus lagi di depan orang banyak. Ngomongnya aja sok-sok an baik.” Sengaja aku memancing reaksi Mas Reno.
Mas Reno melingkarkan tangannya di pundakku, terasa sekali deru nafasnya dekat telingaku. Geli.
“Ya udah, aku makan kamu aja, jangan lupa penyajian kopinya special ya”. Suara Mas Reno pas di telingaku. Darah ku berdesir mendengar jawaban Mas Reno.

---------------------------------------------------------

Setengah berlari aku menyusuri lobi sebuah Rumah Sakit di tengah kota. Info terakhir yang ku dapat di tempat kejadian korban tabrak lari adalah pasutri. Malangnya si istri yang sedang hamil muda mengalami pendarahan. Ya Tuhan.. Semoga mereka baik-baik saja.

"Mbak, korban tabrak lari kemarin malam di rawat di kamar mana?" Tanpa basa-basi aku menuju meja resepsionis.

"Mohon maaf, korban tabrak lari yang mana Bu? Bisa tolong sebutkan nama dan alamat pasien?"

Aku bingung. Aku tak tau nama mereka siapa, alamat mereka di mana. Oh sebentar, aku teringat dompet yang di ditemukan oleh abang ojek yang mangkal dekat sana. Sengaja aku mengaku aku adik korban. Dan beruntungnya aku abang ojek percaya saja. Bahkan dia bilang memang sengaja menunggu kerabat si empunya dompet.

"Maaf Mbak, sebentar" ku rogoh tas ku, mencari dompet yang sepertinya tercecer di TKP, berharap ada tanda pengenal di sana. Benar saja ada KTP di dalamnya, lalu ku serahkan pada Mbak resepsionis.

"Mohon maaf Ibu, pasien baru saja keluar satu jam yang lalu."

"Loh.. Mbak.. apa mereka baik-baik saja? Kok sudah pulang?"

"Iya Bu, sepertinya mereka memaksa untuk pindah RS, alasannya biar lebih dekat dg rumah. Kondisi suaminya ngga masalah Bu, istrinya yang agak memprihatinkan"

"Istrinya knapa Mbak?" Jantungku mendadak berdegub lebih kencang.

"Mohon maaf Bu, saya juga ngga paham, hanya saja tadi sempat adu argumen dg salah satu dokter spesialis."

"Pindah ke RS mana Mbak? Mohon Mbak bantu saya, saya mau ngembalikan dompetnya" untung aku ada alasan untuk mengorek informasi.

"Coba saja ibu kunjungi RS terdekat dari alamat di KTP tersebut. Mungkin dekat-dekat situ Bu."

"Oh iya Mbak, terimakasih banyak infonya"

"Terimakasih kembali Bu.. Semoga cepet ketemu Bu."

"Semoga Mbak, terimakasih."

Coz i'm broken.. when i'm lone some.. i dont feel right when you gone away..
Ku lihat layar HP ku, ahh Mas Reno

"Sayang, kamu di mana? Gimana, ketemu?"

"Maaasss... ngga ketemu.. hiks.. hiks.. hiks.."

"Tenang, Sayang. Kalau kamu nangis gimana mau ngomongnya? Calmdown, Sayang"
Aahh.. suara lembut itu selalu bisa menenangkan segala khawatirku.

"Aku baru keluar dari RS yang diinfoin abang ojek deket TKP. Kata pihak RS mereka sudah keluar sejam yang lalu, aku disuruh cari ke RS deket alamat di KTP ini."

"Ya udah, kamu pelan-pelan aja ya. Nanti hubungi aku kalau sudah sampai. Aku lagi nunggu Wanda, ada yang harus aku selesaikan."

"Heiii.. demi apa kamu nyebut nama dia saat ngomong sama aku?" Emosi ku tersulut.

"Ngga seperti yang kamu pikirkan, Sayang. Ini masa.."
Belum juga Mas Reno selesai ngomong sudah ku banting HPku. Berkali-kali lagu berjudul Broken itu mengalun, ku biarkan saja.
Duh gusti.. sakiiiittt...

--------------------------------------------------------------

Minggu, 16 September 2018

Berbagi 2 (Fatih)

Fatih

Aku benar-benar putus asa. Harapan ku untuk punya keturunan harus kandas begitu saja. Pengemudi mobil biadab!!! Aku dan istriku korban tabrak lari. Aku tak ingat sama sekali karena kami terpelanting jauh saat di tabrak dari belakang. Istriku keguguran diusia kehamilan 12 minggu, kehamilan yang kami tunggu selama 3 tahun pernikahan kami. Tak sampai di situ, kata dokter posisi jatuh Aina (yang entah bagaimana) menyebabkan prolaps uteri. Ya, istriku sangat tidak disarankan malah dilarang untuk hamil.

Beragam ikhtiar sudah kami coba untuk mengembalikan kondisi istriku ke keadaan normal. Entah sudah berapa dokter spesialis kandungan, tabib bahkan sampai hampir saja aku terjerumus ke jalan syirik, untung saja Aina, istriku mengingatkan ku. Dan akhirnya aku menyerah atas keegoisanku menuntut yang Allah tak ingin berikan pada ku. Laa hawla wa laa quwwata illaabillaah apa daya, Allah berkehendak lain. Kami pasrah di atas meja operasi untuk mengangkat rahim istriku. Kami ikhlaskan.

"Aina.. mohon maafkan Abang. Abang yang bikin Ai begini"

"Ngga Bang, bukan salah Bang Fatih. Allah kasih kita ujian Bang." Bulir-bulir bening mengucur deras dari netranya.

"Ai kecewa ya. Maafin Abang Ai.. Abang tau Ai sakit hati, Sayang." Aku benar-benar down tak tega melihat Aina terpukul karena luka kehilangan janinnya belumlah tertutup, sekarang tempat bakal janinnya harus terenggut.

"Ai yakin Bang.. ini rencana termanis yang Allah susun buat kita. Kita hanya perlu memainkan perannya. Allah sebaik-baik kreator, penulis naskah, sutradara dan produser."

Kami menangis tepat setelah istriku sadar dari efek biusnya.

Dalam hati aku mengutuk pengemudi mobil itu. Maaf Aina, Abang belum.bisa ikhlas.

-------------------------------------------------

Seringkali aku lihat istriku menangis sampai membasahi mukenanya. Hati ku ikut teriris, bagaimana tidak? Dia yang aku minta kepada orang tuanya untuk jadi tanggung jawab ku celaka karena ku dan merasa dirinya tak lagi berguna, berbulan-bulan aku tertekan dan selalu menyalahkan diri ku. Kenapa tak ku turuti permintaan istriku Aina untuk pulang pagi saja, jika saja aku tak memaksa pulang malam, musibah itu tak kan terjadi. Astaghfirullah.. aku mulai lagi menyangsikan takdir Mu ya Robb.

Selang 3 tahun sejak kejadian kecelakaan yang menimpa kami di pagi yang sejuk ku dengar lamat-lamat suara ring tone Hp ku di kamar. Oh, Ibuk.

"Assalamu'alaykuum Le.. Piye kabarnya? Sehat semua?"

"Wa'aaykum salaam Buk.. Alhamdulillah Buk.. Kami sehat. Ibuk sama Bapak sehat tho? Tumben-tumbenan telpon Fatir? Biasae lak telpon Aina dulu? Baru kerasa kangen Fatih ya?" Ujarku sedikit menggoda orang tua ku.

"Haahaha.. iyo Le, Ibuk kangen kamu. Ayo pulang sek bentar ada yang mau Kami omongin, tapi Nduk Aina kalo ngga bisa ikut ngga apa, kamu aja yang pulang ke sini dulu, ntar kalo urusan sama Kamu selesai, tinggal urusan karo (sama) Nduk Aina"

"Inggih Buk, Fatih tanya Aina dulu nggih, InsyaAllah Aina ada study tour di sekolah tempat ngajarnya selama 2 hari 1 malam jum'at besok. InsyaAllah Fatih nginep di rumah."

"Iyo Le, Ibuk nteni yo, salam buat Nduk Aina. Assalamu'alaykuum."

"Inggih Bu, InsyaAllah. Wa'alaykum salaam."

Tumben-tumbenan Ibuk minta aku pulang sendiri tanpa ditemani Aina, mantu kesayangan Ibuk.
Ah.. mungkin ada masalah keluarga inti.

Hmmm... aroma bumbu kaldu sapi kesukaanku. Aroma masakan istriku bak magnet yang menarik segala macam logam. Tercium aroma daging dan rempah yang tanpa diperintah langsung memenuhi rongga pencumanku. Wangiiiii.. Seakan kaki ku tertarik ke dapur. Wuzzz.. ku temukan bidadari cantikku dengan seragam daster over size kesukaannya, tangannya asyik menari-nari di atas 2 kompor.
Ahh.. Istriku.. aku tak kan rela menukar kebahagiaan ini dengan kesenangan dunia.

"Masak apa, Sayang?" Sapa ku seraya memeluknya dari belakang. "Wangi".

"Ya donk.. chefnya siapa dulu?" Aina menjawab tanpa menoleh.

"Dek Ai yang wangi, masakannya wangi sih.. tapi kalah sama yang masak" goda ku sambil ku kecup ubun-ubunnya.
"Aduh.. sakit ih Dek, dipuji malah nyubit"

"Salah siapa coba godain gitu? Orang akunya belom mandi juga, coba aku lagi PMS paling kepala Abang yang kena timpuk".
Tiba-tiba Aina terdiam. Ya Allah.. kenapa harus ada kata PMS yang terlontar dari lisannya? Ku lihat mulai ada bintik bening di sudut matanya. Perlahan bintik bening itu bertambah besar kemudian mengucur deras.

"Maaf ya Dek.. Abang belum.bisa jadi sandaran yang kuat buat Dek Ai. Abang masih lemah. Maaf.."

"Ngga Bang, ada Abang di sini nemeni aku sudah bersyukur Bang. Cuma Abang yang Ai punya."

Pagi ini, kami lagi-lagi menangis. Berpelukan untuk saling menguatkan.

-----------------------------------------------------------

Jum'at malam setelah mengantar Aina ke TK tempatnya mengajar aku langsung menuju rumah orang tua ku, tak jauh hanya 14 km dari rumah kontrakan kami.

"Assalamu'alaikuum. Ibuk.. Bapak.."
Ternyata kedatanganku sudah ditunggu.

"Wa'alaykum salaam.. sehat Le? Sibuk banget ya sampai ga nyambang (mengunjungi) orang tua 2 minggu" sindir bapak.

"Maaf Pak, Fatih banyak kerjaan."

"Bapak ngga mau basa-basi. Langsung ae yo Le. Bapak sama ibu sudah sepuh Le. Bapak sama ibu ingin cucu. Bapak paham kamu sangat mencintai istrimu, pun begitu juga dengan Kami. Aina sudah Kami anggap anak, bukan mantu, Le. Tapi ingatkah kamu bahwa kamu anak lelaki Bapak satu-satunya? Cucu lelaki satu-satunya dari si Mbah mu?."

Telinga ku panas, rasanya wajahku pun memerah. Aku maupun Aina tahu cepat atau lambat permintaan ini akan diajukan oleh orang tua ku.

"Inggih Pak.. Fatih paham"

"Inget yo Le, Bapak sama Ibu ngga mau kamu bercerai dengan Aina, Aina kedudukannya sama kayak Kamu di hati Kami. Kami minta Kamu nikah lagi. Alasan Kamu untuk menikah lagi sudah kuat Le. Untuk punya keturunan. Ilmu agama mu InsyaAllah cukup untuk mengimami 2 makmum. Bapak pun yakin Kamu bisa adil. Bapak mohon pertimbangkan permintaan Bapak sama Ibukmu ini Le."

Suara bapak mulai parau sejak aku menjawab pertanyaan pertamanya. Aku tak berani mendongak apalagi sampai menatap mata teduh bapak. Aku yakin bapak menangis. Sedangkan Ibuk sudah dari tadi terisak.

"Inggih Pak.. Fatih pikir-pikir dulu. Fatih butuh istikharoh Pak. Juga diskusi yang tak mudah sama Aina.
"Fatih sudah merenggut masa depan Aina Pak.. Merenggut haknya untuk mendapat julukan ibu dari darah dagingnya sendiri. Fatih belum siap lihat Aina terluka lagi.
"Fatih pamit ke kamar dulu nggih Pak. Fatih butuh ngademin pikiran. Mohon maaf Fatih belum bisa njawab permintaan Bapak sama Ibu sekarang. Mohon kasih Fatih waktu." Aku berlalu masih dengan menunduk. Aku tak berani mendongakkan kepala ku. Kalut.

Aku bingung. Apa iya aku harus menikah lagi? Aku sadar, akulah anak lelaki satu-satunya dari trah si Mbah. Tapi bagaimana perasaan Aina? Aku tak mau ada air mata  lain lagi. Cukuplah sudah kehilangannya yang berturut-turut. Aku tak tega kalaulah harus menambah luka di hati wanita yang sudah merelakan masa depannya demi untuk hidup bersama ku.

Rabu, 21 Februari 2018

Berbagi 1 (Aina)

Aina

"Ya Rabb.. mohon kuatkan hatiku, ikhlaskan, ridhokan. Laa hawla wa laa quwwata illabillaah". Dilipatnya sajadah dan mukena yang masih basah dengan air mata. Seperti biasa, setiap qiyamullail tak pernah bisa ku membendung air yang selalu mengucur deras dari kedua mata ku.

"Bang, bangun.. ayo sholat malam, adek ke kamar Dek Dinda dulu, sepertinya jagoan kita udah bangun".
"Iya Dek, sana ke kamar Dinda .Abang sholat dulu, nanti Abang susul."

Dinda, ibu dari jagoan kami, anak suamiku. Ya, dia adik madu ku. Keadaan hari ini tak pernah ku impikan dulu, di masa muda ku, masa awal merajut kasih bersama Bang Fatih.
Seandainya kecelakaan itu tak terjadi, takkan pernah sudi aku berbagi cinta Bang Fatih dengan wanita lain. Surga yang tak di rindukan.

Astaghfirullah.. kembali aku istighfar untuk kesekian kalinya sejak hendak sholat tadi. Hampir 4 tahun aku merasakan sesak, masih belum ikhlas walau si Dinda adalah wanita baik dan cukup nerimo apa lagi saat kadang aku ngerusuh "jatah"nya bersama Bang Fatih. Tapi sayangku pada Attar tak perlu ditanya, saat Attar sakit malah aku yang panik.

"Dek, Attar sudah bangun?" Tanya ku sembari ku ketuk pintu kamar dek Dinda yang tepat di depan kamar ku.

"Ya Mbak, ini lagi nen. Mbak Ai masuk aja ngga aku kunci". Jawab Dinda dari dalam.
"Mbak.. Ntar Dinda minta tolong kalo Mbak ke pasar aku titip pisang ijo sesisir sama buku notes ato buku diary ato apalah sekalian sama isi dan polpennya ya." Pinta Dinda sembari nyengir, menampakkan geligi yang rapih dan lesung pipitnya yang dalam.

Aahh.. wanita ini sempurna, kenapa juga dia mau jadi wanita ke-2? Dengan modal wajahnya yang di atas rata2, pria tampan lagi tajir pasti akan bertekuk lutut. Apa lagi latar belakang pekerjaan sebelumnya yang seharusnya gampang saja dia dapat suami boss muda. Dinda sang model kenamaan, memohon untuk jadi wanita ke-2 dari seorang ustadz kampung, pimpinan koperasi syari'ah yang cuma punya 4 petak sawah.

"Mbak Ai! Lah ngelamun, aku mau siap-siap sholat subuh sek Mbak, tolong temenin Attar ya". Lamunanku buyar.. duh gustiiii!!! Mikir opo neh aku?

"Iya dek, sana siap2 sholat"

"Atal mau mamam picang Nda" Attar menggelayuti lengan kanan ku.

"Iya Le, nanti Bunda beli di pasar, Attar ngga bubuk lagi? Pisangnya masih ada 1, mau mamam sekarang?"
Attar mengangguk, aku keluar untuk mengambilkan pisang di meja makan.
Sekembalinya ke kamar Dinda ku lihat Bang Fatih sudah menemani Attar, ku lihat betapa bahagianya Bang Fatih mendengarkan segala celoteh Attar. Aahh tak terasa ada bulir-bulir bening yang mengucur deras.

"Mbak Ai kok ngga masuk?" Dinda menepuk bahu ku, aku yakin dia melihat buliran air yang mengucur deras dari netraku hanya saja dia pura-pura sibuk melipat sajadah dan mukenanya. Tak sengaja juga ku lihat matanya sembab. Aahh rasanya pemandangan seperti ini sudah akrab sekali bagi kami setiap hari selama hampir 4 tahun.
Bukan kami tak bahagia, hanya saja kami saling menjaga rasa satu sama lain.

"Ini baru mau masuk, takut nginterupsi ayah anak di dalam lagi ngobrol. Hahaha" aku berusaha menutupi sesak dengan tertawa.

"Yuk ah Mbak.."

"Iya ayok masuk"

--------------------------------------------------------------

Pukul 6 pagi aku sampai rumah dari berbelanja, pasar di daerah ku cukup komplit meskipun pagi toko alat tulis di sebrang jalan sudah buka, maklum pasar induk dan kebetulan toko ATK tsb merupakan ruko.

"Mbak ngga lupa titipan ku?"

"Ngga donk Dek, nih" ku sodorkan seplastik kresek hitam berisi diary beserta pritilannya.

"Maturnuwuun nggih Mbak Ai cantik" Dinda nyengir dan berlalu membawa barang-barangnya ke kamar.

"Duitnya ntar siang ya Mbak, aku belum ambil duit di ATM" serunya dari kamar.

"Iya, gampang lah Dek" aku menyibukkan diri mempersiapkan bahan masakan.

Dinda tak pernah mau menerima uang pemberian Bang Fatih, selalu dia berikan pada ku. Dia selalu bilang Bang Fatih cukup nyukupin kebutuhan pangan dan sandangnya saja, toh dia punya usaha butik sendiri. Pernah sekali uang dari Bang Fatih yang dia berikan pada ku, ku belikan gelang emas untuknya, ekspresi kaget dan bilang ga akan dia pakai kecuali aku juga pakai yang sama persis model dan beratnya. Akhirnya aku beli gelang emas yang sama persis setelah keliling 5 toko emas ditemani Dinda. Sering aku merasa tak enak hati karena terlalu baiknya Dinda pada ku, sedangkan aku hobby ngerusuh karena cemburu.

"Mas, ayok sarapan. Udah siap ini, biar Attar aku yang nemeni sambil sarapan, Mas Fatih sama Mbak Ai selesaikan makan dulu." Seru Dinda kepada Bang Fatih dari dapur.

"Iya Dek, ini masih beresin mainan" sahut Bang Fatih

"Mbak.. ntar aku ke butiknya motoran sama Mas Fatih.. tangan ku keseleo kemarin masih nyut-nyutan."

"Ho oh. Udah siapin semuanya? Katanya ada deal gede?"

"Udah. Minta temeni Mas juga ntar jam istirahat kantornya Mas, lakik juga soale Mbak customerku kali ini, khan risih akunya."

Aku hanya tersenyum.
"Good luck ya Dek, semoga lancar."

"Aamiin.."

Setelah sarapan tinggal aku berdua bersama Attar. Aku begitu menikmati moment-moment bersama Attar. Dia anak ku,  walau kami tak ada ikatan darah.

Sabtu, 17 Februari 2018

Jdhd

Baca ya Allah ya hayyu ya qodir ya muqtadir ya qohar berulang2
Ketika kamu berada dikerumunan dan berdesakan

Selasa, 23 Januari 2018

Ayam bakar mentega

Ayam bakar itu rahasia enaknya ada di bumbu ungkepnya, bumbu ungkepnya sama aja , bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar, lengkuas, salam, sereh, daun jeruk, asam / cuka dihalusin semua terus rebus sama ayamnya sebelum di rebus ayam ditusuk2 dulu pake garpu, ungkep sampe air nyusut
Terus mentega cairin dulu kasih bawang putih halus, ayam yg udah di ungkep terus dibakar setengah matang, udah setengah matang angkat olesin mentega + bawang putih tadi terus bakar lagi sampe coklat

Rabu, 17 Januari 2018

Ilmu saat anak perempuan baligh

Persiapan ilmu setelah gadis kecil ku baligh.
Wajib di baca...

KALA PUTRI KECILMU BALIGH

"Mbak, aku udah haid lho!"

Seperti biasa, murid les saya yang tengah beranjak remaja ini selalu bercerita tentang apa saja yang dialaminya, di sekolahnya, di rumahnya,  atau di tempat lesnya yang lain. Hubungan saya dengannya selama 6 tahun membimbing dia belajar memang gak seperti guru les dan murid, tapi lebih seperti kakak adik.

Maka, jujurly mendengar ceritanya, saya sedikit cemas, karena saya tahu dia belum 'lulus'  tentang kewajiban seorang yang sudah baligh. Tapi saya tetap menanggapinya dengan antusias.

"Oh ya? Selamat yaa udah haid. Berarti udah baligh tuh. Shalatnya gak boleh bolong-bolong lagi yaa."

"Iya mba. Insya Allah."

"Eh iya, terus kamu bisa mandi besarnya?  Siapa yang ngajarin?"

"Aku googling mbak."

"Apa?" Saya sempet tercengang. "Ibu kamu gak ngajarin?"

"Suruh ibu cari di google mba tata cara mandi besar dan apapun tentang haid. Kan udah disediain hape sama wifi."

SPEECHLESS!

Tapi tetap berusaha terlihat tenang. Dia memang anak yg pandai, high tech, dan punya inisiatif belajar yg tinggi. Mungkin orang tuanya menganggap dia sudah tahu.

"Oh, coba gimana tata cara urutan mandinya."

Lalu dia menceritakan apa yg dibaca nya di google. Lalu kami pun berdiskusi tentang haid, mandi besar yg sesuai syariat, kewajiban orang yg sudah baligh,  aurat perempuan dan tarbiah jinsiyah (sex education versi Islam).

Ya.
Hari itu saya putuskan ngobrol santai tapi serius sama murid les saya ini.
Hari itu saya sedikit mengambil alih peran orang tuanya memberikan pemahaman tentang baligh kepadanya.

Hari itu entah kenapa saya seperti merasa memiliki anak yang tengah baligh, merasa sedikit cemas, bahagia, penuh harap, sekaligus bersemangat.
Hari itu entah kenapa hati saya bergemuruh, mungkin karena saya melihat bagaimana dia tumbuh. Saat pertama kali bertemu, dia hanyalah gadis kecil kelas 3 SD yang pemalu, tahu-tahu sekarang udah baligh, kelas 3 SMP. Udah tumbuh tinggi dan cerdas. Udah siap dengan segala cita-citanya.

Saya pikir, bukankah seharusnya begitu pula yang dirasakan ibunya?
Tapi kenapa jadi anti klimaks dengan nyuruh anaknya googling sendiri ya?

Tuh kaan tuh kaan. Pasti mau nyinyirin orang tuanya yaa?

Hihihii kagak kagaak. 😂😂😂

Well, masing-masing orang tua punya style parentingnya sendiri. Tapi kan sayaang bangeet, waktu jackpot terbaik membangun komunikasi dengan anak disia-siain begitu aja.

Menurut kajian fiqih wanita yang pernah saya ikuti. Masa awal seorang anak perempuan mulai haid adalah WAKTU TERBAIK mengajarkan tarbiyah jinsiyah secara lengkap, detail, menyeluruh, dan komprehensif.

Karena HAID PERTAMA seorang muslim adalah WAKTU dimulainya PERHITUNGAN AMALNYA sendiri. Pahala dan dosanya sudah ditanggung sendiri. Bukan hanya sekadar tanda dimulainya pubertas biologis saja. Tapi benar-benar membawa KONSEKUENSI SYARIAT yang menentukan kehidupannya di akhirat kelak. Maka, waktu ini dan sebelum ini harusnya digunakan dengan sebaiiiik mungkin untuk menanamkan pemahaman Islam yang menyeluruh.

Ustadzah saya mencontohkan saat anak gadisnya kali pertama haid.

~Pertama-tama dia mengucap hamdalah, lalu bertakbir dan memeluk anak gadisnya sambil diusap kepalanya.

~Sambil berkata lembut, dia menyelamati anaknya yang telah resmi menjadi mukallaf. Lalu memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban seorang mukallaf. Kewajiban shalat 5 waktu, puasa, menutup aurat, dll.

~Kitab tentang haid dijelaskannya lagi. Mana-mana yg gak diperbolehkan dilakukan selama haid, bagaimana tata cara mandi besar (ustadzah saya menyontohkan bagaimana tata cara mandi besar yg benar ke anaknya dengan cara ikut mendampingi saat anaknya mandi besar pertama kali), apa ciri-ciri darah haid, berapa waktu maksimal dihukumi haid, apa itu istihadhoh, dll.

~Konsep aurat diingatkan kembali. Baju-baju yang gak menutup aurat dikeluarkan dari lemari. Diganti baju yang menutup aurat. Ustadzah saya bahkan membelikan beberapa jilbab baru buat anak gadisnya sebagai hadiah telah baligh.

~Lalu mengingatkan konsep tarbiyah jinsiyah. Tentang mahram, menundukkan pandangan, menjaga kesucian diri, menjaga interaksi antar lawan jenis, dll.

~Menjaga komunikasi hangat dengan anak gadisnya yang tengah baligh. Sekarang pola komunikasinya bukan lagi selayaknya orang tua-anak, tapi lebih ke sesama sahabat. Memposisikan diri sebagai partner diskusi, teman curhat yg asyik, dan teman bersenang-senang melakukan kegiatan kesukaan.

Begitu juga saat anak laki-laki nya mulai mimpi basah. Komunikasi tentang hal ini perlu adanya. Karena sebagaimana haid, mimpi basah pun merupakan tanda awal masa balighnya dimulai.

Semua ini begitu penting, tapii masih banyak orang tua yang belum sepenuhnya memerhatikan masalah ini. Entah karena kurang ilmu, kurang waktu, atau karena memang gak tahu dan gak mau tahu. 😢

Cara anak mandi besar saat haid/mimpi basah pertama kali itu akan terus dilakukan nya sampai tua nanti. Bayangkan berapa banyak pahala yang mengalir terus menerus jika kita sendiri yang mengajarkannya pada anak kita. Pada remaja kita. Pun sebaliknya, apakah kita gak berdosa membiarkan anak belajar sendiri tentang ini dari sumber yang gak pasti?

Menjadi orang tua memang perlu teruus meneruus meng-upgrade ilmu. Gak ada alasan 'saya gak tau agama', 'saya gak paham masalah haid', atau sejenisnya. Karena di era sekarang ilmu bertebaran dimana-mana. Kajian Islam digelar di setiap sudut kota. Kalo gak sempet bolehlah sisihkan uang untuk beli buku-buku agama. Kalo gak ada uang bisa mengunjungi perpustakaan. Kalo gak ada waktu ikutilah streaming ceramah para ustadz yang dengan mudah disimak melalui layar smartphone kita. Kalo gak ada waktu, bisaaa baca-baca situs kajian yang shahih di sela-sela waktu luangnya.

See?
Semua tentang parenting itu bukan masalah TIDAK TAU, tapi BELUM MAU TAU, atau GAK MAU TAU.

Tugas utama orang tua seperti tersebut dalam Alquran itu menyelamatkan anak dari api neraka. Maka, jalan satu-satunya adalah dengan terus belajar. Menggali ilmu lewat apa saja. Baca buku-buku yang bermanfaat, ikut kajian Islam, nonton streaming ceramah, dll.

Sebagai seorang guru les yang sering menghadapi berbagai murid dari berbagai latar belakang pola asuh, saya sering menemukan orang tua yang abai terhadap kewajiban shalat anaknya. Maka, saya ini cerewet, suka tanya dulu sama murid les, "udah shalat ashar/magrib/isya belum?" sebelum les dimulai. Kalo belum shalat, saya persilakan shalat dulu.

Dari para murid les saya, saya mengamati berbagai pola asuh yang diterapkan orang tuanya. Menyaksikan sendiri hasil pola asuh di tiap anak yang saya temui.

Oh anak yang ceria itu karena orang tuanya suka mengapresiasi.
Oh anak yang gak pedean itu karena orang tuanya suka mencaci anak sendiri.
Oh anak yang penalarannya bagus itu karena orang tuanya suka membangun komunikasi.

Karena, Pak, Bu

"There is no SCHOOL equal to a decent HOME and no TEACHER equal to a virtuous PARENT."

Tidak ada sekolah yang menyamai rumah yang nyaman yang penuh keteladanan dan tidak ada guru yang menyamai orang tua yang baik.

#Copas
~Novika Amelia~