Minggu, 18 Mei 2014

Media massa dan perilaku manusia

MEDIA MASSA DAN PERILAKU MANUSIA
    Perampokan, Korupsi, Pemerkosaan, Pembunuhan dan berita-berita kriminal lainnya. Makanan sehari2 yang disajikan oleh media massa kita. Entah sadar atau tidak, semua berita itu mempengaruhi pola perilaku yang terbiasa menonton/membaca berita tersebut. Seolah-olah berita-berita tersebut sugesti.
   Akan ada saat dimana kebrutalan tersebut tak dapat dibendung lagi, dan manusia pelan tapi pasti secara terang-terangan menghancurkan peradabannya sendiri. Peradaban yang di klaim sebagai peradaban maju dan modern ini sudah diprediksi sebagai peradaban menuju kehancuran, jika di lihat dari kaca mata agama (agama apa pun, tak ada yang mengajarkan pengikutnya buka aurat, homo seksual, merampok, membunuh, dan kawan-kawannya).
   Jadi, jika media massa terlalu sering menayangkan, menyajikan, memuat berita-berita, gambar-gambar yang tak pantas, 10-20 tahun lagi, generasi penerus kita akan dewasa sebelum waktunya.  Tambah miris saya pernah baca seorang anak SD samapai membunuh temannya saat main hanya karena masalah kecil. Saya merindukan tayangan televisi saat kecil dulu, di mana tayangan hanya berkisar pada Si Unyil, Susan, Dunia dalam berita, Liputan 6, sinetron yang mendidik dan romantis (tak menayangkan ke-sadisan dan ke-licikan), power ranger, doraemon dan kawan-kawannya. Tidak ada Sinchan, Naruto dan serial kartun yang (menurut saya) sarat pornografi dan ke-sadisan.
   Dulu, tayangan yang agak vulgar yang pernah saya tonton semasa kecil hanya beberapa, seperti warkop yang khas dengan cewek-cewek ber-rok mini-nya, film-film laga dengan beberapa aktor/aktrisnya. Tetapi sekarang hampir semua film (kecuali film bergenre religi), apa lagi film horor-komedi seakan-akan berlomba-lomba mempertontonkan keseksian para pemainnya (Film The Raid yang mendunia itu tak menampilkan keseksian, tapi bisa diterima di manca negara, hanya saja ini film untuk dewasa).
   Ya.. ini kembali pada kebijakan petinggi tiap-tiap media elektronik dan media cetak, tayangan atau berita apa saja yang sekiranya pantas untuk menjadi konsumsi publik. Seperti yang kita tahu, anak TK saja sekarang sudah melek teknologi. Tak perlulah khawatir tayangannya di cap tayangan jadul dan ratingnya turun, mengingat para orang tua sekarang sudah banyak sekali yang sadar akan pentingnya tayangan dan berita berbobot, bukan sekedar hiburan semata.  Pihak penayang juga mohon untuk lebih bijak menentukan jam tayang, mengingat anak-anak sekarang yang seakan-akan 'berteman' dan 'berguru' pada televisi, pengawasan anak hanya bergantung pada pembantu atau baby siter, asal anak 'aman' tidak membuat masalah, ya sudah mau ngapain juga suka-suka mereka, tanpa mengawasi tontonan anak. Instansi terkait harusnya juga lebih selektif menerbitkan izin tayang, mana yang pantas dan mana yang tidak dan kategori umur yang jelas, jangan sampai sinetron bernuansa licik-sadis berlabel BO, itu harusnya tayangan untuk  Dewasa.
   Mari memulai dari sekarang dengan menata kembali undang-undang penyiaran dan segala hal yang berkaitan dengan media massa, Indonesia pasti bisa mengembalikan norma kesopanan dan kesantunan yang tak pernah tertulis. Mari media massa mulai mengampanyekan nilai-nilai keluhuran dengan tidak terlalu sering menayangkan berita kriminal, bukankah lebih baik menayangkan kisah sukses orang-orang hebat agar menjadi contoh?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar